Oleh: Syekh. Sofyan Siroj Abdul Wahab.
Kalimat Hikmah:
“Amal saleh yang lahir dari iman adalah cahaya, sedangkan maksiat yang lahir dari kelalaian adalah kegelapan. Setiap amal itu mengandung hakikat, dan setiap hakikat akan menampakkan bekasnya, di dunia maupun di akhirat.”
(Said Nursi.)
Iman sebagai Sumber Cahaya Amal
Said Nursi menyatakan bahwa setiap amal saleh yang dilandasi oleh iman kepada Allah ibarat cahaya yang menerangi langkah hidup manusia. Tanpa iman, amal hanyalah gerak kosong tanpa makna hakiki. Ini selaras dengan firman Allah:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.”
(QS. An-Nahl: 97)
Amal saleh yang lahir dari iman bukan hanya sekadar perbuatan, melainkan refleksi keyakinan batin yang kuat. Shalat, zakat, sedekah, menolong sesama, bahkan senyum yang tulus—semua itu memancar dari iman yang hidup. Iman adalah akar, dan amal adalah buahnya. Imam Ibn al-Qayyim menegaskan:
“Amal tanpa iman bagaikan tubuh tanpa ruh; dan iman tanpa amal adalah pohon tanpa buah.”
(Madarij al-Salikin)”
Maksiat sebagai Kegelapan yang Menutupi Hati
Di sisi lain, maksiat—yakni pelanggaran terhadap perintah Allah—membawa kegelapan dalam hati. Kegelapan ini bukan hanya simbolik, tapi nyata mempengaruhi pandangan, perasaan, dan keputusan hidup seseorang. Said Nursi menyebutnya sebagai “kegelapan ruhani” yang menyelimuti jiwa.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, maka akan diberi titik hitam di hatinya. Jika ia bertobat, hatinya akan disucikan. Namun jika ia mengulanginya, maka titik itu bertambah hingga menutupi seluruh hatinya.”
(HR. Tirmidzi)
Inilah yang disebut dengan “raan” (karat hati) dalam Al-Qur’an:
“Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan telah menutupi hati mereka (raan).”
(QS. Al-Muthaffifin: 14)
Setiap Amal Meninggalkan Bekas
Dalam pandangan spiritual Said Nursi, tidak ada amal yang sia-sia. Setiap amal akan meninggalkan bekas, baik di dunia maupun di akhirat. Dunia adalah ladang, dan akhirat adalah panennya.
Amal saleh menumbuhkan cahaya, yang akan menemani seseorang di alam kubur dan hari kiamat. Maksiat meninggalkan jejak kegelapan, yang membebani perjalanan seorang hamba. Hal ini ditegaskan dalam ayat:
“Barangsiapa yang berbuat kebaikan sebesar biji zarrah, niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang berbuat keburukan sebesar zarrah, niscaya ia akan melihat (balasannya).”
(QS. Az-Zalzalah: 7–8)
Ibn Rajab al-Hanbali menyatakan:
“Tidak ada amal yang hilang, dan tidak ada dosa yang dilupakan, semua akan kembali kepada pelakunya, cepat atau lambat.”
Amal sebagai Wujud Syukur dan Keimanan
Said Nursi menekankan bahwa amal adalah bukti syukur dan kecintaan kita kepada Allah. Amal bukan sekadar rutinitas, tetapi ekspresi keimanan. Barangsiapa mencintai Allah, ia akan taat dan meneladani Rasul-Nya.
“Katakanlah: Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.”
(QS. Ali Imran: 31)
Imam al-Ghazali berkata:
“Tanda cinta adalah mengikuti; maka siapa yang mengaku mencintai Allah, hendaknya dia membuktikannya dengan amal.”
Konsekuensi Duniawi dan Ukhrawi
Said Nursi memberi peringatan bahwa amal baik maupun maksiat tidak hanya berdampak ukhrawi, tapi juga duniawi. Maksiat menimbulkan kekacauan sosial, merusak akhlak, dan membawa keresahan. Sebaliknya, amal saleh menciptakan ketenteraman batin dan harmoni sosial.
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.”
(QS. Al-A’raf: 96)
Amal saleh membuahkan keberkahan hidup. Inilah yang digambarkan Said Nursi sebagai “nur” (cahaya) yang menentramkan dunia dan akhirat.
Menghidupkan Amal dengan Kesadaran Ruhani
Dalam ajaran al-Kalimāt, amal tidak cukup dengan jasad saja, tetapi harus disertai dengan ruhnya: yakni keikhlasan dan kesadaran akan kehadiran Allah. Said Nursi menasihatkan agar amal tidak menjadi gerakan kosong tanpa arah.
Imam Hasan al-Bashri berkata:
“Setiap amal yang tidak dimulai dengan niat karena Allah, ia bagaikan bangunan tanpa fondasi.”
Keikhlasan adalah jiwa amal. Dan kesadaran bahwa Allah Maha Melihat adalah penuntun dalam segala tindakan.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim )
Menjadikan Amal sebagai Cahaya Perjalanan Hidup
Dalam kehidupan yang penuh ujian, amal saleh adalah lentera yang menerangi jalan. Said Nursi mengajarkan bahwa cahaya ini berasal dari hati yang bersih, iman yang hidup, dan tekad yang lurus.
Amal yang diterangi iman akan membentuk kepribadian mukmin sejati—teguh, bersih, dan memberi manfaat bagi orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. Ahmad)
Said Nursi menyebut amal saleh sebagai manfaat nyata yang kekal, karena ia mengakar dalam hakikat dan berpuncak pada keridhaan Allah.
Refleksi dan Ajakan
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Kita semua berada di persimpangan cahaya dan kegelapan. Setiap hari kita memilih: apakah kita akan menyalakan cahaya dengan iman dan amal saleh? Ataukah membiarkan kegelapan maksiat melingkupi jiwa kita?
Mari kita jadikan setiap langkah kita sebagai amal yang bernilai, setiap ucapan sebagai dzikir, setiap interaksi sebagai ladang pahala. Jika kita pernah jatuh dalam maksiat, jangan berputus asa. Tobatlah, karena rahmat Allah luas.
“Dan bersegeralah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali Imran: 133)
Penutup: Cahaya Itu Nyata
Said Nursi menyimpulkan bahwa amal baik adalah hakikat yang hidup, dan maksiat adalah racun yang membunuh pelan-pelan. Amal yang tulus tidak akan pernah sia-sia, dan maksiat yang disesali akan dihapus oleh taubat.
Jadikan hidup ini ruang menyemai cahaya, bukan kegelapan. Karena cahaya amal akan menjadi pelita di kubur, teman di padang mahsyar, dan jembatan menuju surga.
Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang hidup dengan cahaya iman, bergerak dengan amal saleh, dan wafat dalam keridhaan-Mu. Amin.
اللهم اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه، آمين يا رب العالمين.
“Amalmu adalah cermin imanmu. Maka perbaikilah imanmu, niscaya amalmu akan bercahaya.”
Allahu ‘Alam.