Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada Senin, 4 Agustus 2025, setelah OPEC+ menyetujui kenaikan produksi besar mulai September. Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi Amerika Serikat, sebagai konsumen minyak terbesar dunia, turut menekan harga.
Mengutip laporan Reuters dan Bloomberg dari Singapura, harga minyak mentah berjangka Brent turun 46 sen atau 0,66 persen menjadi USD69,21 per barel pada pukul 08.19 WIB.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melemah 42 sen atau 0,62 persen ke level USD66,91 per barel. Sebelumnya, kedua patokan harga tersebut sudah anjlok sekitar USD2 per barel saat penutupan perdagangan Jumat lalu.
Penurunan harga terjadi setelah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) sepakat menaikkan produksi sebesar 547.000 barel per hari mulai September.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemulihan pangsa pasar, menyusul membaiknya kondisi ekonomi global dan rendahnya stok minyak.
Kebijakan baru ini sekaligus mengakhiri periode pemangkasan besar-besaran produksi yang pernah dilakukan OPEC+. Uni Emirat Arab juga menambah produksi secara mandiri.
Total tambahan pasokan OPEC+ diperkirakan mencapai 2,5 juta barel per hari, atau sekitar 2,4 persen dari total permintaan global.
Namun, Goldman Sachs memprediksi tambahan pasokan aktual hanya sekitar 1,7 juta barel per hari, mengingat beberapa negara anggota OPEC+ masih membatasi produksi karena kelebihan pasokan sebelumnya.
“Meski kebijakan OPEC+ fleksibel dan ketidakpastian geopolitik masih tinggi, kami memperkirakan produksi tetap tinggi setelah September,” tulis Goldman Sachs dalam laporannya. Mereka juga mencatat bahwa pertumbuhan produksi dari negara non-OPEC hanya menyisakan ruang sempit bagi tambahan pasokan dari OPEC+.
Pasar Diprediksi Tetap Stabil
Analis dari RBC Capital Markets, Helima Croft, menilai pasar tetap stabil meski pasokan bertambah. “Pasar tampaknya masih mampu menyerap tambahan pasokan di tengah musim panas ini,” ujarnya.
Namun, ketegangan geopolitik turut memicu kekhawatiran pasar. Pemerintah Amerika Serikat mengancam akan menjatuhkan tarif sekunder hingga 100% terhadap negara-negara pembeli minyak Rusia, sebagai bagian dari tekanan terhadap Moskow agar menghentikan perang di Ukraina.
Dua kapal tanker pengangkut minyak Rusia yang semula menuju India bahkan sudah dialihkan ke negara lain. Meski begitu, dua pejabat India memastikan kepada Reuters bahwa negaranya tetap akan membeli minyak Rusia meskipun ada tekanan dari AS.
Kondisi ini diperparah oleh kekhawatiran pasar terhadap dampak tarif baru AS terhadap ekonomi global. Data ketenagakerjaan Amerika yang dirilis pekan lalu menunjukkan pertumbuhan di bawah ekspektasi, memperkuat sentimen negatif pasar.
Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, juga menegaskan bahwa tarif baru yang diberlakukan pekan lalu kemungkinan besar akan tetap berlaku dan tidak akan dikurangi dalam waktu dekat.***
Sumber: Ipot News