BANDARLAMPUNGPOS.COM-Xiaomi baru-baru ini merilis laporan keuangan terbarunya. Pendapatan Xiaomi tecatat naik 25 persen ke angka 70,5 miliar yuan (sekitar Rp 155 triliun) pada Q4 2020, berdasarkan laporan yang diajukan ke Bursa Efek Hong Kong.
Nilai itu sejatinya di bawah estimasi para analis yang memprediksi angka 74,6 miliar yuan (sekitar Rp 164 triliun). Namun, menurut laporan Bloomberg, Xiaomi mencatatkan peningkatan profit sebesar 37 persen pada kuartal yang sama.
Laba bersih yang didapat mencapai 3,2 miliar yuan atau sekitar Rp 7 triliun (kurs Rp 2.200). Jumlah tersebut melampaui prediksi para analis yang mengestimasikan 2,89 miliar yuan (sekitar Rp 6,3 triliun).
Salah satu faktor yang membuat pendapatan Xiaomi terdongkrak adalah menurunnya performa Huawei di pasar global.
Sudah dua tahun, Huawei diblokir pemerintah AS setelah masuk daftar hitam entity list tahun 2019 lalu. Meskipun pemerintahan berganti, tidak ada tanda-tanda bisnis global Huawei akan kembali seperti sebelumnya.
Pangsa yang ditinggal Huawei lantas menjadi rebutan vendor smartphone lain, termasuk pesaing senegaranya, Xiaomi.
Pengiriman ponsel Xiaomi meningkat hingga 32 persen pada tiga bulan terakhir 2020. Di sisi lain, pangsa pasar Huawei justru turun lebih dari 40 persen akibat sanksi bisnis yang dijatuhkan oleh pemerintah AS.
Menurut laporan Gartner pada kuartal IV-2020, Xiaomi menempati urutan ketiga sebagai penguasa smartphone global dengan pangsa pasar 11,3 persen, berada di bawah Apple dengan pangsa pasar 20,8 persen dan Samsung di nomor dua dengan pangsa pasar 16,2 persen.
Sementara Huawei, hanya mengusai 8,9 persen pangsa pasar global. Senada dengan Gartner, menurut laporan dari firma riset Internatioan Data Corp, lebih dari 1 dari 10 smartphone yang dikirimkan selama periode liburan akhir tahun 2020 berasal dari Xiaomi, kemudian Apple dan Samsung.
Pendapatan Xiaomi dari pasar global naik 28 persen di kuartal IV-2020. Di China, pangsa pasar Xiaomi naik ke angka 14,6 persen di kuartal IV-2020 dari 9,2 persen di periode yang sama tahun lalu.
Terancam kelangkaan chipset
Xiaomi juga mengukuhkan posisinya di India dan untuk pertama kalinya menjadi nomor satu di Eropa Tengah dan Eropa Timur, menurut laporan Canalys.
Namun, pertumbuhan Xiaomi dalam beberapa kuartal ke depan agaknya akan terancam masalah kelangkaan chipset yang saat ini melanda industri elektronik dan otomotif. “Kelangkaan chipset akan menjadi tantangan besar tahun ini dan tahun berikutnya,” kata Presiden Xiaomi, Wanng Xiang, dirangkum KompasTekno dari Bloomberg, Jumat (26/3/2021).
“Kami bekerja sama dengan para mitra agar bisa mengatasi masalah pasokan yang lebih baik,” imbuhnya.
Xiang optimistis, perusahaannya mampu terus tumbuh tahun ini walaupun dihadang masalah kelangkaan chipset. Masalah ini sebelumnya juga dikhawatirkan oleh petinggi Samsung, DJ Koh.
Bahkan, dia mengatakan bahwa kelangkaan chipset membuat Samsung harus menunda peluncuran Galaxy Note di tahun ini. Kembali soal Xiaomi, vendor asal China itu sempat mengalami penurunan saham sebesar 2,5 persen di bursa saham Hong Kong pada hari Rabu, (24/3/2021).
Saham Xiaomi telah pulih dari posisi terendah bulan ini setelah perusahaan asal China tersebut mengumumkan rencana buyback saham di Hong Kong sebesar 1,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,8 triliun (kurs Rp 14,400).
Selain itu, pemerintah AS yang sebelumnya memasukan Xiaomi ke dalam daftar hitam juga mulai melunak setelah hakim federal AS memutuskan membatalkan keputusan Departemen Pertahanan AS yang menyebut bahwa Xiaomi adalah perusahaan komunis China. (kompas.com)